S i a

Malam ini sepi sekali, sejak pukul 20.00-22.00 Wita Sia belum juga mendapat pelanggan sedangkan Marni telah dua kali bolak balik diantar mobil oleh pelanggan. Sia mengepulkan asap rokok terakhir lalu puntungnya ia buang dan diinjak. Kontrakannya mendesak ingin dibayar, indo’ dan anri’nya di kampung menanti kiriman uang.

Sebuah motor bermerek Honda singgah tepat di depan Sia. Rina dan Tina langsung mendekat. Seorang laki-laki berumur 3 tahun sebagai pengendaranya. Ia mulai merayu sambil memegangi pinggul Marni. Pandangan matanya dari ujung rambut hingga ujung kaki ketiga PSK itu. Sia jengkel melihat laki-laki itu berlalu. Bersama Tina, laki-laki itu menghilang di tikungan. Sial nasib Sia malam ini.

Sia duduk di bangku yang terletak di pinggir jalan sambil memandangi rekan seprofesinya yang dengan genit memanggil setiap pengendara motor atau mobil yang lewat. Sepanjang jalan ini adalah tempat mereka mengadu nasib di kota metropolitan ini. Berbagai macam latar belakang penyebab hingga terpaksa mereka terjun ke profesi ini. Ada karena pernah diperkosa, ada yang patah hati ditinggalkan oleh pacarnya yang telah menodainya, ada yang tidak memiliki keahlian, ada yang suaminya tukang mabuk dan pengangguran, dan ada juga yang seperti Sia terpaksa melakukan karena ayah sebagai tulang punggung keluarga telah meninggal sementara masih ada ibu dan keluarga yang ingin diberi nafkah.

Tiba-tiba sebuah mobil bermerek Honda Jazz berhenti tepat di depan Sia hingga membuyarkan lamunannya. Kaca mobil diturunkan, tampak seorang laki-laki berumur 20 tahun, tanpa isyarat Sia langsung mendekatinya.

"Kita bicara di atas mobil," ujar laki-laki itu singkat.

Pintu mobil terbuka lalu Sia naik. Ternyata di atas mobil terdapat satu orang lagi. Selain supir dan pria yang menyuruhnya naik ke atas mobil. Di atas mobil, laki-laki yang bersam Sia di jok belakang tawar menawar harga dengannya. Tapi kali ini tidak seperti biasanya. Sambil bicara tangannya merambah ke seluruh tubuh Sia. Sementara dua temannya di jok depan tertawa dan salah satunya merekam Sia dengan kamera ponsel. Firasat Sia jelek, sepertinya kedua laki-laki ini hanya iseng tapi Sia bertahan karena sedari

tadi dia belum dapat uang. Bila membandingkan dengan laki-laki yang biasa 'kencan' dengan Sia, ketiga laki-laki ini memang agak muda. Sepertinya mereka mahasiswa.
Laki-laki yang duduk di kursi depan bagian kiri terus merekam Sia. Sia langsung ke luar dari dalam mobil ketika tangan laki-laki yang duduk di sampingnya merambah masuk kedalam rok. Ketiga pemuda di atas mobil tertawa terbahak-bahak lalu tancap gas.

"Asu!" umpat Sia

Dari potongannya Sia yakin mereka mahasiswa yang cuma iseng menambah program video porno dalam ponselnya. Akhirnya Sia mengalami juga padahal sudah banyak temannya yang cerita bahwa dia harus hati-hati karena mereka pernah juga mengalaminya.

“Apakah PSK masih pantas mendapat penghormatan dari orang lain!”. tanya batin Sia dalam hati.
Sia menghisap rokok dalam-dalam untuk mengimbangi udara malam yang semakin dingin. Entah apakah paru-parunya masih sehat akibat asap rokok dan kendaraan?, ataukah dia kelak masih bisa punya anak bila berkeluarga nanti? dan masih inginkah masyarakat menerimanya sebagai salah satu bagian darinya?.
***
Lamunan Sia terbang ke kehidupan yang sebelumnya. Saat masih berusia 10 tahun, dia rajin ke mesjid mengaji. Keluarganya sangat teguh memegang ajaran agama, apalagi pergaulan antara lawan jenis. Saat usia Sia mencapai 17 tahun, ambonya meninggal karena TBC. Ambonya yang hanya satpam meninggalkan sedikit harta. Tiga bulan setelah ambonya meninggal, indonya mulai sakit-sakitan. Dengan hanya berbekal ijazah SMK, Sia bingung mencari kerja sementara adiknya masih berumur tiga tahun. Suatu hari salah seorang teman tetangganya menawarkan Sia kerja ke Malaysia. Tanpa pikir panjang dia menerimanya. Indonya dengan berat hati melepas Sia. Sebelum ke Malaysia Sia transit dulu di Jakarta. Teman tetangganya yang bernama Sunre itu berkata "tinggal di sini dulu sementara paspor dan visanya diurus".

Malam itu saat yang lain sedang tidur, Sunre mengajak Sia ke sebuah kamar. Dia berkata “besok Sia akan diberangkatkan ke Malaysia. Sia gembira sekali mendengar kabar itu. Tanpa Sia duga, Sunre memberikan tawaran ibarat buah simalakama. Sunre berkata jika Sia ingin ke Malaysia dia harus 'tidur' dengannya. Malam itu Sia hanya bisa menitikkan air mata menahan sakitnya tubuh dan hatinya ketika Sunre dan ketiga orang temannya bergiliran melampiaskan nafsu setannya.
Setelah sampai di Malaysia Sia bekerja sebagai pembantu rumah tangga selama dua tahun. Sia betah kerja karena pekerjaannya yang tidak begitu berat sedang gajinya lumayan tinggi. Uang yang dia kirim ke kampung digunakan indonya sebagai modal untuk menjual kue dan sisanya untuk biaya hidup sehari-hari.

Suatu hari majikan perempuan Sia keluar rumah dan yang tertinggal di rumah hanya Sia dan majikan laki-lakinya. Saat Sia sedang mandi majikan laki-laki mengetuk pintu kamar mandi dan teriak meminta sikat giginya yang ada didalam. Sia membuka setengah pintu kamar mandi untuk memberikan sikat giginya. Tiba-tiba majikan laki-laki menerobos masuk dan memperkosa Sia. Perbuatan itu bukan yang terakhir, setiap kali majikan perempuannya keluar rumah, Sia 'melayani' nafsu bejat majikan laki-lakinya. Hingga malam naas itu tiba, istri majikan Sia yang mulai curiga karena suaminya tak pernah lagi meminta berhubungan badan dengan dirinya ingin tahu penyebabnya. Majikan perempuan Sia pura-pura keluar rumah, setelah ia mendengar rumah telah sepi, ia mengendap masuk dan memergoki suaminya menyetubuhi Sia. Sia dipecat tanpa mendapat gaji lima bulan yang belum dibayar. Sia kembali ke Indonesia.

***

Lamunan Sia seketika buyar ketika mobil petugas Tramtib berhenti tepat di depannya. Petugas langsung menariknya ke atas mobil. Di atas mobil telah ada Mirna, Rina dan beberapa temannya yang lain. Mereka terjaring razia lagi.

Saat di dalam kantor Sia dipisahkan dengan temannya. Sia ditarik ke belakang kantor oleh seorang petugas. Pertugas itu berkata jika Sia mau dilepas harus membayar sebanyak Rp 250.000. Tanpa negosiasi, Sia langsung memberinya uang. Setelah petugas itu mengambil uangnya, tiba-tiba petugas itu mendorong Sia hingga tubuhnya terhempas di dinding. Tangannya mulai melecuti baju Sia. Tangan Sia meraba kesamping mencari benda yang bisa dia pakai untuk memukul petugas itu. Sia mendapatkan beling kaca, tanpa pikir panjang Sia langsung menancapkannya ke perut petugas itu. Seketika mengucurlah darah segar. Sia memasang kembali bajunya lalu berlari. Setelah sampai di ujung bangunan kantor, Sia tersandung batu lalu jatuh. Petugas Tramtib yang berjaga di luar melihat Sia lalu mengejarnya.

***

Di dalam penjara, Sia lega dan bangga membunuh petugas Tramtib itu. Sia telah lelah ditindas oleh laki-laki. Sebuah pembalasan dendam yang sangat manis.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "S i a"

Posting Komentar